Period. End of Sentence
- Mahasathi
- April 7, 2024
- 5 minutes read
Puja Bakti Mahasathi melakukan Bedah Film yang dikaji oleh Veren Angelia berjudul “Period. End of Sentence”.
Film yang telah mendapatkan Best Academy Awards ini menceritakan tentang peran wanita di India untuk memperjuangkan kesehatan seksualitasnya dalam hal ini, untuk mendapatkan pembalut yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Adanya pembicaraan menstruasi di malanga masyarakat di India membuat hal tersebut tabu dan malu untuk membicarakannya.
Dalam film ini, ada dua topik yang di highlight. Pertama, adalah tentang menstruasi itu sendiri. Dimana di India, hal ini dapat dikatakan tabu. Contohnya ada adegan dimana adegan anak sekolah yang ditanyakan apa itu Haid, namun mereka malu untuk menjawab. Ada juga adegan dimana jamaban para pria dimana menstruasi adalah penyakit yang diderita oleh wanita. Paling parahnya, ada wanita yang berhenti sekolah waktu SMP karena merasa malu. Setiap dia mengalami haid, dia harus berjalan cukup jauh untuk mengganti kainnya sehingga para pria di sekolah memperhatikan dirinya. Karena tidak menemukan solusi atas permasalahannya itu, sang Anita memutuskan untuk berhenti sekolah.
Didalam Buddhism itu sendiri, di Samyutta Nikaya, Avenikadukkha Sutta, disebutkan Lima Penderitaan Wanita. Lima Penderitaan itu adalah:
- Penderitaan terpisah dari sanak saudara.
- Penderitaan mengalami menstruasi.
- Penderitaan mengalami hamil.
- Penderitaan melahirkan anak.
- Penderitaan melayani laki-laki secara sosial.
Penderitaan ini adalah penderitaan yang muncul dari karakteristik biologis, tidak lebih dari siklus natural yang dialami oleh wanita.
Bagaimana pandangan Buddhis untuk Perempuan yang sedang menstruasi dan ingin melaksanakan Puja Bakti di Vihara?
Di dalam sutta, tidak ada larangan untuk hal itu. Maka dari itu, Vinaya Bhikkhuni lebih banyak dari Vinaya Bhikkhu karena memuat peraturan yang lebih spesifik, salah satunya mengatur tentang penanganan Bhikkhuni bila sedang mengalami haid. Disitu disebutkan bahwa Bhikkhuni boleh menyimpan kain yang lebih banyak untuk dipakai saat sedang menstruasi. Hal ini sangat dianjurkan agar tidak mengotori Vihara saat sedang bermeditasi. Karena bila darah itu merembes, akan mengotori lantai Vihara dimana umat lain akan ber namaskara di tempat yang sama.
Jadi tidak ada larangan khusus. Asalkan perempuan dapat menjaga kebersihan area nya sendiri di dalam Vihara.
Hal ini juga terlepas dari suci atak tilak suci, atak kotor tyda kotorna Perempuan yang sedang mengalami menstruasi. Sang Buddha sendiri pernah menekankan bahwa tubuh jasmani kita pada dasarnya kotor dan menjijikan arena kotoran kelar dari 9 lubang. Tubuh manusia pada hakikatnya tidak menarik dan berbau,
Hal kedua yang ingin di highlight adalah bagaimana perempuan di India bisa menyetarakan gendernya, kuat secara emocional dan spiritual.
Di dalam film ada beberapa adegan yatu dimana Perempuan itu tanpa adanya bantuan para pria berjuang sendiri memproduksi pembalut hingga melakukan distribusi. Distribusi itu sendiri pun tidak murah Karena mereka bahkan menyalurkan produk tersebut antar sesama manita. Hal ini disebabkan karena wanita di India terlalu malu untuk membeli pembalut tersebut dari para pria. Pria disini juga tidak memberikan dukungan apapun karena terlalu malu untuk membantu wanita.
Hal ini mengingatkan pembicara dengan satu sutta mengenai Bhikkhuni Soma yang diremehkan oleh Mara. Syair Sutta tersebut berbunyi,
Kondisi itu sungguh sulit dicapai
Yang harus dicapai oleh para bijaksana,
Tidak mungkin dicapai oleh seorang perempuan
Dengan kebijaksanaan dua-jari.”
Yang dimaksud Kebijaksanaan Dua Jari ini adalah penghinaan Mara kepada Bhikkhuni Soma. Hal ini dikesankan bagaimana otak wanita hanya dianggap sebesar dua jari, antara ibu jari dengan jari telunjuk, sebesar biji nasi. Dimana Hal ini di-ibaratkan ingin hanya memakai kepandaiannya untuk memeriksa apakah nasi sudah matang atau belum, yaitu dengan menekankan nasi menggunakan ibu jari dan telunjuk mereka. Perempuan yang mahir tentu akan tahu waktunya, apakah nasi sudah matang atau belum. Namun wanita yang kurang pandai, akan menggunakan dua jari tersebut untuk memeriksa kematangan nasi.
Kemudian dijawab oleh Bhikkhuni Soma,
Apakah persoalannya bagi kaum perempuan
Ketika pikiran terkonsentrasi dengan baik,
Ketika pengetahuan mengalir dengan mantap
Ketika seseorang melihat Dhamma dengan benar.
“Seorang yang berpikir,
‘Aku adalah seorang perempuan’ atau ‘Aku adalah seorang laki-laki’
Atau ‘Aku adalah apa saja’-
Adalah layak bagi Māra untuk berbicara dengannya.”
Dari jawaban Bhikkhuni Soma itu akhirnya Bhikkhuni tersebut menembus Anatta dan mencapai Arahanta. Beliau sudah tidak melihat mana perempuan, mana lelaki, dan mana aku. Semuanya sama dan setara.