Cancel Preloader

Buddha Mengajarkan Dhamma Bukan Untuk Mencari Pengikut

 Buddha Mengajarkan Dhamma Bukan Untuk Mencari Pengikut

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa

“Carikaṁ bahujanahitāya bahujanasukhāya bahujana-atthāya’ti.”

“Mengembaralah demi kesejahteraan, kebahagiaan dan manfaat bagi banyak makhluk.”

(Udumbarika Sutta, Dīgha Nikāya)

Ajaran Sang Buddha yang berisikan, secara garis besar adalah (1) mengajarkan kita untuk tidak melakukan apapun bentuk kejahatan yang merugikan diri sendiri dan juga makhluk lain, (2) mengajarkan kita untuk senantiasa melakukan kebajikan, melakukan hal-hal yang baik yang memberikan manfaat bagi diri sendiri dan juga makhluk lain, dan (3) mengajarkan kita untuk senantiasa berjuang mengikis, mengurangi dan melenyapkan pikiran-pikiran negatif, pikiran-pikiran yang buruk yang memberikan kerugian bagi diri sendiri dan juga makhluk lain. Hendaknya diajarkan bukan untuk mencari pengikut, diajarkan bukan untuk mencari popularitas, apa lagi diajarkan mencari perolehan materi, tidak untuk semua itu. Ajaran Sang Buddha ini hendaknya disampaikan kepada siapapun adalah hanya demi kebahagiaan, kesejahteraan dan manfaat bagi siapapun yang mendengarkan ajaran-Nya tanpa memandang latar belakang orang tersebut. Mengajarkan Dhamma, menyampaikan Dhamma adalah demi manfaat orang tersebut. Suatu kali Sang Buddha menjadi suatu kebiasaan beliau sering kali menemui para pemuka agama lain untuk melakukan perbincangan tentang hal-hal yang baik.

Suatu kali Sang Buddha pernah bertemu dengan seorang pemuka agama bernama Petapa Nigrodha yang pada waktu itu dikelilingi oleh banyak pengikutnya atau banyak siswanya dan pada kesempatan itu terjadi sebuah perbincangan yang mana Sang Buddha kepada Petapa Nigrodha dan juga para siswa Pertapa Nigrodha menekankan pentingnya untuk melepaskan hal-hal yang buruk, pentingnya untuk melepaskan pikiran-pikiran yang negatif keserakahan, kebencian, iri hati-dengki, dan rintangan-rintangan batin yang mengganggu konsentrasi pikiran hendaknya dilenyapkan dan dilepaskan. Pada kesempatan itu Sang Buddha juga menekankan pentingnya untuk hidup berperhatian. Diakhir perbincangan Sang Buddha mengatakan “Wahai Nigrodha barangkali engkau berpikir, bahwa Sang Buddha mengajarkan ini, menyampaikan hal ini agar kalian menjadi murid saya, agar kalian menjadi murid Sang Buddha, Sang Buddha menekankan ‘Jangan Berpikir Demikian’. Jangan berpikir bahwa Sang Buddha mengajarkan Dhamma mengajarkan ajaran-Nya, menyampaikan ajarannya adalah untuk mencari pengikut, mencari siswa. Tidak demikian biarlah yang sudah menjadi guru kalian tetap menjadi guru kalian”. Atau mungkin Petapa Nigrodha dan para siswanya berpikir “Bahwa Sang Buddha menyampaikan hal ini adalah supaya mereka menghentikan cara hidup mereka, menghentikan cara hidup yang dianggap oleh Sang Buddha sebagai yang tidak baik, tetapi bagi mereka adalah baik” Sang Buddha menegaskan “Tidak demi tujuan itu, apa yang menjadi cara hidup kalian biarlah tetap Anda lakukan, apa yang telah kalian praktikkan tetap lakukan apa yang telah dipraktikkan oleh kalian”. Atau mungkin Petapa Nigrodha dan juga para siswanya berpikir “Bahwa Sang Buddha mengajarkan Dhamma supaya mereka menghentikan tradisi yang telah mereka pegang selama ini” tetapi Sang Buddha kembali menegaskan “Bukan demi tujuan itu, yang sudah menjadi tradisi kalian biarlah tetap Anda lakukan sesuai dengan tradisi kalian.

Tetapi Sang Buddha menyampaikan apa yang telah disampaikan adalah demi menyampaikan bahwa ada hal-hal yang buruk, ada hal-hal yang tidak baik, tidak bermanfaat yang mesti ditinggalkan, yang mana kalau hal-hal ini yang tidak bermanfaat tidak ditinggalkan akan membawa kepada penderitaan, membawa kepada kerugian dan hanya demi ini saja. Artinya Sang Buddha mengajarkan ajaran-Nya kepada siapapun bukan untuk mencari pengikut, bukan untuk mendapatkan popularitas tetapi hanya demi manfaat, kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Dan itulah yang menjadi motto Sang Buddha berawal mengajarkan Dhamma demi “Bahujanahitāya bahujanasukhāya bahujana-atthāya” (kesejahteraan, kebahagiaan dan manfaat bagi banyak makhluk) itu saja bukan hal lain.

Oleh karena itu ketika suatu kali ada seorang perumah tangga bernama Upali datang kepada Sang Buddha untuk berdebat, karena Upali ini merupakan perumah tangga murid guru agama lain, datang untuk berdebat ajaran Sang Buddha. Tetapi setelah terjadi percakapan, Sang Buddha menekankan bahwa kalau datang kesini hanya untuk berdebat maka jangan berdebat, tetapi kalau datang kesini untuk berbincang tentang hal-hal yang benar, sesuai dengan kebenaran maka mari kita berbincang. Diakhir perbincangan mereka, Upali ingin menjadi murid Sang Buddha. Tetapi Sang Buddha mengatakan “Jangan, pikirkan terlebih dahulu karena Anda orang terkenal, yang masyhur dan Anda murid petapa lain. Jangan kemudian atas dasar ketergesaan kemudian ingin menjadi murid Sang Buddha dipikirkan terlebih dahulu”. Sang Buddha dengan tidak gegabah berpikir karena ada orang terkenal menjadi murid beliau langsung di terima, “Tidak demikian” karena Sang Buddha mengajarkan Dhamma bukan untuk mencari pengikut, tetapi demi manfaat, kebahagiaan dan kesejahteraan orang tersebut.

Bahkan ketika waktu Sang Buddha parinibbana beliau mengatakan “kepada para siswa-siswa beliau, walaupun para siswa beliau menganggap bahwa Sang Buddha adalah guru di dalam sangha tetapi Sang Buddha sendiri tidak pernah berpikir bahwa sangha (perkumpulan para bhikkhu) itu milikku. Lalu kemudian Sang Buddha menyampaikan bahwa kemelekatan terhadap apapun, termasuk mencari pengikut, apa lagi mencari hal-hal bersifat duniawi dengan cara mengajarkan Dhamma itu bukanlah cara Sang Buddha. Maka dalam beberapa kesempatan, salah satu kesempatannya adalah ketika Sang Buddha berbicara berkaitan dengan salah satu siswa beliau bernama Bhante Maha Kassapa, beliau memuji Bhante Maha Kassapa bahwasanya Bhante Maha Kassapa ini setiap kali mengajarkan Dhamma hanya demi manfaat bagi yang mendengarkan dan Bhante Maha Kassapa ini dipuji oleh Sang Buddha karena Bhante Maha Kassapa mengajarkan Dhamma tidak ada pikiran supaya ketika “saya mengajarkan Dhamma, kemudian orang yang mendengarkan mempunyai keyakinan kepada saya, ‘tidak demikian’. Karena kalau sudah berpikir “seseorang supaya punya keyakinan terhadap saya” itu sudah merupakan kotoran batin. Tetapi mengajarkan Dhamma hanya demi manfaat, kebahagiaan dan kesejahteraan orang tersebut. Dan juga karena ia respek menghargai dan menghormati Dhamma itu sendiri. Kenapa dihormati? Karena Dhamma mengajarkan jangan berbuat jahat, lakukan kebajikan dan senantiasa berjuang untuk membersihkan batin. Dhamma yang begitu indah, yang begitu berharga tentu patut kita hargai, patut kita hormati dan patut kita sampaikan kepada siapapun. Tetapi bukan disampaikan hanya karena ingin supaya mendapatkan popularitas, supaya orang yakin terhadap saya dan supaya mendapatkan pengikut, tidak demikian.

Sesuai dengan apa yang disabdakan guru agung kita Sang Buddha, bahwasanya mengajarkan atau menyampaikan Dhamma adalah bukan untuk popularitas, bukan untuk mencari pengikut, bukan untuk perolehan materi. Tetapi sekedar demi manfaat bagi diri sendiri dan bagi yang mendengarkan Dhamma akan hidupnya lebih bahagia.

Referensi

  • Dhammadhiro. 2019. Paritta Suci (Kumpulan Wacana Pali untuk Upacara Puja), Edisi III.2019.
  • Kālāma Sutta, Mahā Vagga Aṅguttāra Nikāya 3.65
  • Santacitto, Bhikhu. Buddha Dhamma Indonesia (BDI)
  • Thānissaro, Bhikkhu. Kitab Suci Dīgha Nikāya “Udumbarika Sutta”. SuttaCentral.

Related post